I’m A Spider, So What? Bahasa Indonesia Chapter 58
Chapter 58 Pertempuran defensif 100 meter di atas tanah Bagian 4
Kumo Desu ga, Nani ka?
Penerjemah : Lui Novel
Editor :Lui Novel
Berkat pergantian kulit oleh naik level, kaki dan
badanku lepas dari tangan si monyet.
Tangannya si monyet mencengkram 2 lapis kulit lama.
Walaupun sebagian besar monyetnya jatuh ke tanah
berkat besarnya gumpalan benangnya, monyet-monyet yang bergelantungan ke rumah
sederhananya masih baik-baik saja.
Tetapi, badan mereka telah tertangkap di dalam benang
rumah sederhananya.
Aku tambahkan benangnya agar mereka tidak bisa
bergerak dan Aku habisi mereka dengan "Poison Fang".
Setelah menghabisi mereka semua, Aku jadi lega.
Walaupun masih belum selesai, Aku telah melalui satu
serangan.
Aku cambuk hatiku yang menjadi kurang tegang.
Ini masih belum berakhir.
Aku tidak boleh meringankan perhatianku sampai mereka
kuhabisi.
Aku keluar dari rumah sederhananya dengan seketika dan
melihat ke keadaan dibawah.
Pemandangan yang buruk terlihat.
Di bawah ada sisa-sisa monyet-monyet yang tertangkap
di dalam benangnya tertempel ke tanah tanpa bisa bergerak dan bentuk badan
monyet yang hancur.
Dan di pandangan yang menggemparkan itu monyet-monyet
yang selamat tidak kehilangan tekad bertarung mereka.
Aku langsung pasang seutas benang di dinding.
Monyet-monyetnya masih belum menyerah.
Mereka akan menyerang lagi sesaat setelah mereka siap.
Aku harus bersiap-siap untuk itu
Bala bantuan monyet-monyetnya masih berdatangan.
Beneran, kalian ada berapa sih...
Santai Ngapa!
Dan, ada makhluk yang harusnya tak ada dalam bala
bantuannya.
『Bugragrach LV3 Gagal menaksir statusnya』
『Bugragrach LV4 Gagal menaksir statusnya』
『Bugragrach LV6 Gagal menaksir statusnya』
Mulut yang menyerupai buaya.
Dari mulutnya, Aku bisa melihat gigi-gigi brutal yang
tak terhitung jumlahnya seperti gergaji.
Sekitar dua kali panjangnya si monyet.
Mereka juga gendut.
Itu adalah si monyet cacat raksasa.
Itu adalah monster pertama yang kulihat di area ini.
Nama spesies monyetnya adalah anograch.
Aku harusnya sadar bahwa kedua namanya mirip.
Monyet raksasa itu adalah wujud evolusi si monyet.
Monster yang harusnya tidak datang sebagai bala
bantuan monyetnya telah datang.
Jumlah mereka yang datang pelan-pelan adalah 3.
Saat Aku lihat level mereka, mereka lebih rendah, tapi
karena mereka adalah tingkat monster lebih tinggi, Aku tidak bisa bergantung
pada level meskipun itu rendah.
Dari awal, bahkan si monyet itu lawan yang kuat jika
Aku melawannya langsung, jadi tidak mungkin wujud evolusinya itu lemah.
Ditimbang dari penampilannya yang cukup brutal, Aku
harus menyadari bahwa mereka lebih kuat dari si monyet.
Memang, mereka bukan sekelas Naga Bumi, tapi tetap
saja, ada 3 monster lebih kuat daripada si monyet.
Tingkat kesulitannya meningkat lagi.
Untuk sesaat Aku tercengang dan berhenti bergerak.
Kesadaranku dikembalikan paksa ke kenyataan karena si
monyet-monyet yang selamat mulai bergerak.
Monyet-monyetnya menghindari gumpalang benang yang
jatuh, memutar jauh dan mereka mulai memanjat dindingnya dari kanan dan kiri
lagi.
Dari pergerakannya, Aku mengerti bahwa mereka lumayan
berhati-hati terhadap benang-benangnya.
Mereka memang lawan yang sulit.
Aku tambahkan seutas benang sambil memperhatikan si
monyet-monyet besar.
Mereka masih belum bergerak.
Apa kerja sama dengan monyet-monyetnya tidak terlalu
positif?
Meskipun bagus seperti itu, Aku tidak bisa beroptimis.
Aku harus selalu berhati-hati terhadap pergerakan
mereka.
Monyet-monyetnya kelihatannya tidak melempar batu
lagi.
Tidak ada banyak pengaruh banyak di batunya dan
gumpalan benang yang jatuh menghalangi, jadi lemparannya mungkin tidak akan
sampai padaku.
Sepertinya mereka meninggalkan ide melempar batunya
dan hanya bertekad memanjat dindingnya.
Aku bersyukur akan itu.
Ini berjalan lancar.
HP berkurang, dan pergerakan terhalangi.
Jika tak ada apa-apa, itu masih belum terlewati.
Ada pergerakan dari si monyet raksasa.
Ia menangkat sebuah batu.
Apa, batu!? (TLN: Dalam bahasa Inggris, ini namanya
rock, yaitu batu yang jauh lebih besar daripada stone, yang kedua katanya sama
dalam Bahasa Indonesia)
Walaupun ia mengangkatnya dengan mudahnya, batu itu,
bukannya itu asal dari batu yang Aku pasang di rumah sederhana ini!?
Batunya harusnya tertanam didalam tanah dengan
kokohnya, tapi itu ditarik dengan mudahnya.
Itu adalah batu yang masih berat meskipun telah
dipotong tipis, kan!?
Eh, apa yang akan kau lakukan dengan batu itu!?
Tunggu dulu, kenapa kau mengayunkannya!?
Jangan bilang!?
Aku buru-buru kabur dari rumah sederhananya.
Batunya menjadi bola meriam dan menembus rumah
sederhananya pas setelah Aku keluar.
Setelah asapnya hilang, rumah sederhananya dihancurkan
lebur oleh batu itu.
Mustahil!
Kuat sekali.
Jika Aku menerima hal seperti itu, Aku pasti akan
mati.
Untung saja, tidak ada batu disekitar si monyet
raksasa itu.
Bola meriam gila itu takkan melayang ke sini.
Tapi garis pertahanan terakhir yang adalah rumah
sederhananya telah dihancurkan dengan mudahnya.
Dari sekarang, Aku harus bertarung tanpa rumah
sederhananya.
Itu buruk.
Walaupun parah Aku tidak bisa bergantung pada
pertahanan rumah sederhananya, parah sekali tidak ada pijakan.
Sampai sekarang, Aku bisa menghadapi si monyet-monyet
karena Aku memiliki pijakan yang kuat, jadi Aku bisa fokus menyerang.
Sekarang tanpa pijakan, badanku bisa jatuh dengan
tiba-tiba.
Walaupun Aku takkan jatuh kepala-duluan ke tanah
karena benangnya tersambung ke atap, tak berubah bahwa Aku telah menjadi tak
berdaya.
Jika Aku tunjukkan kesempatan seperti itu, tidak
mungkin si monyet-monyet akan tetap diam.
Aku cepat-cepat membuat keputusan.
Tidak masalah jika dibuat buru-buru, Aku harus membuat
pijakan.
Sementara itu, Aku tidak bisa memasang
benang-benangnya tidak tempat-tempat lain, tapi saat si monyet-monyet mendekat,
Aku takkan ada waktu untuk membuat pijakan.
Jika Aku tidak membuatnya sekarang, Aku pasti akan
menyesalinya nanti.
Yosh!
Pijakan seukuran Aku bisa berdiri telah jadi!
Aku akan menyerang para monyetnya dari sini.
Babak kedua pertarungan defensifnya akan mulai.